Postingan

Playlist Lagu waktu Ibu Meninggal. #1

Gambar
  “When do you think people die? When they are shot through the heart by the bullet of a pistol? No. When they are ravaged by an incurable disease? No. When they drink a soup made from a poisonous mushroom!? No! It’s when… they are forgotten.” ― Dr. Hiriluk  Sekitar pukul 9 Pagi, “Ping” suara dering penanda pesan singkat masuk di handphone , akhirnya kabar itu tiba, sudah pernah ku dengar dan saksikan adegannya berulang, puluhan atau malah ratusan kali, diperagakan di TV, disiarkan radio, dimuat tulisan-tulisan sampai kejadian nyata disekitar ku pernah langsung ku saksikan, sejak kecil, remaja sampai dewasa, kemudian membentuk kesadaran ku bahwa hal tersebut adalah hal yang lumrah dan pasti menimpa ku. ditinggal Ibu, Ya Ibu ku telah meninggal dunia, begitu inti dari pesan yang dikabarkan Adik pada ku. Seperti balita yang tidak mau ditinggal Ibunya kerja, aku menangis sejadi-jadinya di kantor tempat ku kerja, beberapa menit ku coba menenangkan diri, sebelum ku rasa pantas untuk bertemu

3 Album Paling Sering diputar tahun 2018

Gambar
2018 jadi tahun yang gak terlalu bagus, tapi yaa tidak bisa bilang buruk sama sekali. Gak ada pencapaian yang bisa dibanggain tapi gak ada juga kejadian super tolol yang harus diinget, jadi gak perlu bikin kaleidoskop panjang-panjang cukup posting best nine 2018 aja di akun instagram. Tentu saja banyak hari-hari menyebalkan dan berat yang dalam melewatinya saya membutuhkan musik sebagai suplemen penambah energi menghadapi hari, disamping lantunan ayat suci dan ceramah-ceramah tentunya~ Saya punya daftar tiga album terbaik atau yang paling sering saya putar di tahun ini. biasanya saya putar sebelum berangkat kerja, saat di tempat kerja, pulang kerja atau saat ngelamun di waktu senggang di Kamar Kostan, yaa pokonya gitu deh sering banget dengerin musik, oh iya waktu olah raga atau diperjalanan juga. Kamu juga gak? Diumur yang nyaris 30 ini playlist lagu saya juga sudah mulai tidak terlalu beragam mungkin ini adalah masa di mana saya memasuki “musical paralysis zone” mu

Gradasi hitam tanpa pamrih

Gambar
Sekitar 2 Minggu sebelum acara Saya sudah berhasil menggengam secara online tiket Konsernya, Tulus adalah salah satu wishlist musisi yang saya harus nonton “konser tunggalnya”, saya tekadkan minimal sekalilah dihidup saya. Tulus adalah Top 3 Soloist terbaik di Indonesia yang masih hidup versi saya, Karena (hampir) semua   lirik lagunya adalah karya Dia sendiri, bagi Seorang Soloist saya rasa elemen ini sangat penting, karena lirik adalah ungkapan dari perasaan lagu yang paling mungkin & mudah dicerna oleh pendengarnya , jadi setiap kali mendengar si Penyanyi bernyanyi kita seolah sedang mendengar curahan hatinya atau sesuatu yang begitu penting yang dia harus ungkapkan dengan cara yang begitu spesial yaitu dengan lagu, yap dan beberapa tema lirik lagu milik Tulus ini memang ada suatu daya urgensi tertentu, maka tak terlalu sia-sialah waktu yang kita habiskan jika untuk mendengarkan Tulus bernyanyi secara langsung, walaupun kita sama-sama sadari masih tentu masih lebih

Tinder membuat kehidupan kalian lebih tenang

Gambar
Belakangan ini jarang banget pergi nonton gigs atau pertunjukan musik sebangsanya, acaranya sih tetap banyak bertaburan dari mulai yang lokal sampe internasional, dari mulai di Bar yang isinya bisa semua kenal sampai acara di stadion degan ribuan orang antah-berantah, Saya melewatkan banyak sekali pertunjukan menarik dan penting, Band seperti H2O, Dead kennedys, Limp Bizkit, Judge dan GNR sungguh sial saya melewatkan mereka semua karena mungkin ini adalah kesempatan sekali-kalinya mereka tampil ke Indonesia, semoga enggak ya.. The Upstairs, Komunal dan Joe Million yang tampil di Bandung juga terlewatkan, Duh! Tidak hanya acara musik, saya pun melewatkan beberapa film yang saya rasa harusnya ditonton di bioskop. Tentu hal semacam ini kedepannya harus diantisipasi, Saya harus menyadari sepenuhnya bahwa saya sudah memasuki umur di mana saya harus memilih prioritas menghabiskan uang untuk hal yang lebih penting dari sekedar musik dan film, untung saja Klab Sepak Bola fa

Yuk nengok Winnie the Pooh !

Sehabis nonton Film Christopher Robin di BEC saya langsung meluncur pakai motor ke Rumah Umi di Nangka Suni – Wastu Kencana, Mang Niki sudah Nunggu di Sana karena sudh janjian sebelumnya. Banyak dari kita salah menempatkan prioritas dalam hidup yang berakibat pada tidak tercapainya hal yang kita tuju, semisalnya yang dituju kebahagiaan, karena lebih memilih cari uang yang sangat banyak jadi harus kerja siang-malam sampai melupakan perhatian untuk anak akibatnya adalah tidak “dekat” sama anak sendiri padahal uang yang dicari juga buat membahagiakan anak, kan jadi gak bahagia ya? contoh lagi lebih memilih makanan enak dari pada makanan sehat hasilnya? Yaa penyakitanlah! padahal tujuan makan sejatinya adalah untuk menyambung hidup eh malah salah prioritas jadinya yaa tujuan dari makannya malah jadi paradoks, satu lagi contoh adalah lebih mendahulukan kehidupan dunia yang fana ketimbang akhirat yang selamanya hahahahaha udah lah yaa....... Film Christopher Rob

MUNGKIN KITA YANG SALAH BACA RAMBU.

Gambar
Musik selalu punya pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh penciptanya, bahkan musik-musik tanpa lirik pun bisa   punya pesan yang mewakili penciptanya apalagi musik berlirik yang sudah barang tentu punya pesan. Pesan dalam musik tersaji lewat liriknya, lirik adalah salah satu bagian paling signifikan dari musik sehingga kita bisa menikmatinya atau tidak, bahkan musik tak jarang mendapat dikotomi dari liriknya, jadi ada musik cengeng, musik komedi, musik ceria, musik perjuangan dan pengecapan aliran musik lainnya, Ini selaras dengan vonis dari Roland Barthes tentang penulis “bahwa penulis itu sudah mati !” ketika penulis menuangkan idenya dalam tulisan maka secara otomatis penulis sudah terlepas dari tulisannya karena ketika tulisan itu sampai pada pembaca   penulis sudah tak lagi berkuasa atas teksnya, karena pembaca bebas menafsirkan tulisan yang dibacanya, pembaca bisa saja tidak menangkap apa yang dimaksud penulis malah bisa saja menafsir ulang, maka bersiaplah p

Naik Haji Umat Hardcore se-Nusantara

Gambar
Sebelum mereka tua, melemah, pikun dan meninggal akhirnya Agnostic Front menyempatkan diri datang juga ke Indonesia, Alhamdulillah saya tinggal di negara yang bisa menghadirkan mereka, Bali & Jakarta tepatnya, tentu saja saya ingin sekali pergi nonton langsung, tentu akhirnya jadi nonton dan tentu saja nonton yang di Jakarta. Karena kalau nonton ke Bali itu gak asik, soalnya jaraknya lebih jauh, takut hilang disana, terlalu banyak pantai, terlalu holiday vibe ngeri pokonya................. hehe tapi   alasan sebenernya itu padahal cuma mahal diongkos! Nang hadong hepeng, mmmhhh padahal inginnya sih nonton yang di Bali pasti yaa pasti jauuh lebih asiklah, Pantai, bikini,bareng temen jadi bisaa ah sudahlah... Sebelum nonton Band Abangnya (Roger) saya juga pergi Nonton Band Adiknya (Freddie) dulu Madball Band Hardcore asal Kota New York yang melegenda! bulan desember 2017, bareng Leo sama Jay alias Fahrizal si orang Kampung Rawa Bebek, Kota Madya Bekasi yang jadi ikutan nonton le