Gradasi hitam tanpa pamrih




Sekitar 2 Minggu sebelum acara Saya sudah berhasil menggengam secara online tiket Konsernya, Tulus adalah salah satu wishlist musisi yang saya harus nonton “konser tunggalnya”, saya tekadkan minimal sekalilah dihidup saya.

Tulus adalah Top 3 Soloist terbaik di Indonesia yang masih hidup versi saya, Karena (hampir) semua  lirik lagunya adalah karya Dia sendiri, bagi Seorang Soloist saya rasa elemen ini sangat penting, karena lirik adalah ungkapan dari perasaan lagu yang paling mungkin & mudah dicerna oleh pendengarnya , jadi setiap kali mendengar si Penyanyi bernyanyi kita seolah sedang mendengar curahan hatinya atau sesuatu yang begitu penting yang dia harus ungkapkan dengan cara yang begitu spesial yaitu dengan lagu, yap dan beberapa tema lirik lagu milik Tulus ini memang ada suatu daya urgensi tertentu, maka tak terlalu sia-sialah waktu yang kita habiskan jika untuk mendengarkan Tulus bernyanyi secara langsung, walaupun kita sama-sama sadari masih tentu masih lebih penting mendengarkan lantunan ayat Suci Al-Qur`an. J

Maka jika lagu adalah bagaimana musisi menyampaikan pesan dengan Suara, nada, lirik maka lebih dari itu, Konser Tunggal adalah bagaimana musisi membangun sebuah dunianya sendiri untuk menyampaikan pesannya. Gerbang, Parkiran, Cara petugas melayani, Kebersihan, Instalasi  Seni, Tata Panggung, Tata Cahaya, Pembagian tempat menonton dan banyak hal lainya adalah elemen-elemen yang dibangun atas persetujuan Empunya hajat dengan tujuan tercapainya sebuah dunia yang Dia ingin tunjukan.
Gerbang Tiket Konser Tulus


Dimulai dari cara pembelian tiket yang terbagi pada 3 sesi presale yang semuanya dilayani secara online dan setiap sesinya tiket selalu habis hanya dalam hitungan jam kecuali mungkin beberapa tiket VIP di sesi terakhir yang  saya  pantau masih tersisa beberapa hari. Saya membeli pada sesi ke-2 informasi yang  lengkap dan caranya relatif mudah disertai konfirmasi yang responsif membuat semua lancar jaya, keren! Kayanya berjalan lancar juga sih saat pembeliat di venue (ots) sebab saya tidak terlalu melihat antrian mengular walau waktu saya datang untuk menukarkan tiket online dengan tiket masuk langsung disambut beberapa calo di parkiran.

Sebenarnya tiket bukanlah masalah utama kalau mau nonton Tulus,tapi sama siapanya ini yang gad demit susahnya~  Sebenernya lagi sih harusnya udah nontonnya sama Lia, tapi doi gak bisalah karena harus ada tugas kantor ke luar negeri, pendek cerita saya nyari-nyari dan melakukan pendekatan ke beberapa temen dan berburu di Tinder, Yap nonton temen nontonya haruslah perempuan, karena kaum lelaki tidak bisa diandalkan wa bil khusus temen-temen ku tersayang, yang akan enteng menolak kalau diajak nonton Film kalau hanya berdua, perkara harga diri dan ketidak patutan katanya, apalagi kalau saya ajak nonton konser, Tulus pula! Pasti, pasti banget nolak.

Jadilah saya memasukan beberapa nama dalam daftar teman yang sudah kenal dan calon-calon teman yang sudah match di Tinder, ada yang sudah masuk pada percakapan awal semacam tinggal di mana dan aktivitas apa, ada yang sudah diajak nonton ke bioskop dan ada juga yang baru masuk kenal jadi teman Instagram karena fase selanjutnya dari Tinder adalah jadi teman Instagram J

Eh si Aduh setelah beberapa fase saya lalui dengan yang lain, sekitar 2 atau 3 hari sebelum konser Lia bilang diundur ke luar negerinya jadi Doi bisa nemenin, Asiik biarlah sama Lia aja, agak capek juga kalau harus ngajak orang baru lagi, pasti masih ada kaku-kakunya yang harus diulik lagi supaya cair, kalau sama Lia mah woles tinggal gass-gass, janjian di venue nonton deh, gak pake ribet gak pake drama, gak ada yang berani macem-macem juga, Doi preman Ciroyom.

Gerbang Tiket Luar saat Konser Usai

Sepanjang hari tanggal 20 November itu cerah cenderung panas di Kota Bandung, acara menurut informasi open gate dimulai jam 5 sore naah tepat jam segitu hujan sangat deras turun dari langit ( duh Alhamdulillah), “waduh bisa-bisa gagal nonton Tulus nih ..”  saya ngoceh sendiri macam di sinetron di kamar kosan, Dibayangan saya pasti macet dan antrian di gerbang masuk venue pasti panjang nih, karena hujan orang-orang bisa-bisa datang bersamaan setelah hujan reda.
Sesampainya saya di Sabuga sekitaran jam setengah 7 lah, langsung cari Lia dan masuk ke Venue. Herannya gak ada antrian sama sekali kami bisa langsung tanpa antrian setelah body check tentunya, Lia yang beli air minum kemasan buat dibekel ditahan karena gak boleh bawa botol minuman ke dalam.

“silahkan dihabiskan di sini” kata Pak Penjaga.

Tapi Lia gak mau Minum karena belum habis,

“di dalam juga ada yang jual air mineral kok” kata Pak penjaga

“tapi sudah habis” lanjut dia,

lah gimana kalau kita haus pikir saya, saat itu juga saya gak bawa tumbler minum, ya udah saya ambil botol minum Lia yang disita, saya minum sedikit, begitu si Pak Penjaga meleng saya bawa botolnya masuk untuk dibawa bekal ke dalam dan dengan ajaibnya kami lolos dari penjagaan hehehe eh tapi suer yaa saya bawa pulang lagi botolnya terus dibuang ke tempat sampah.

Ngomong-ngomong ini juga bukan pengalaman ajaib pertama saya bareng Lia, pernah suatu malam saya nganter Lia pulang ke Rumahnya yang di Padalarang, saya ini kan gak punya SIM dan kebetulan juga nih kerennya STNK motor saya lagi mati, berangkatlah kita dari Rumah Bintang di daerah Wastu Kencana, oh iya wktu itu di Rumah Bintang kalau Lia pulang semua Lelaki di RuBin itu pasti berebut, berebut gak mau anter (yang tapi tetap harus diantar) bukan apa-apa rumahnya itu lumayan jauh kak , walau jauh saya berani aja antar pake motor saya karena saya pikir ini sudah larut malam dan tidak mungkin ada razia polisi di Jalan, bener sih gak ada razia di jalan tapi pola razianya semua motor dimasukan dan diperiksa di kantor polisi dekat Rumah Sakit Cibabat di Cimahi, eh tapi ada tambahan Lia gak pake helm, mantap ini 3 pasal kena kita ini, gak selesai kayanya sama lima puluh ribu duhhh, masuklah kami berdua ke kantor Polisi, Lia memang gak pakai helm tapi pakai sweater yang ada tudungnya, dia pakailah tudungnya. Polisi 1 sedang menindak, polisi 2 sedang menindak juga, polisi 3 sama, polisi 4 sama dan polisi yang lainnya sama daan dengan gagahya kami berhasil lolos dari razia polisi tanpa diperiksa, di kantornya sendiri !, tanpa keluar sepeserpun! Hahahaha kami tertawa sepanjang jalan, salah satu potongan hidup yang layak masuk folder memori untuk dikenang selamanya...

Suasana di Dalam Gedung Sabuga

 Balik lagi ke Konser, setelah memasuki gerbang luar kami harus mencari gerbang C karena kami kebagian di sana,sebenarnya saya mau beli VIP atau minimal yang A lah supaya nonton Tulusnya dari titik yang lebih layak, tapi apa daya gak kebagian di presale-2, saya males nunggu presale-3 takut hasilnya sama saja dan kalau nunggu penjualan on the spot juga pasti lebih naas kalo gak kebagian.

Sama dengan gerbang luar di pitu C juga tidak terjadi antrean, ternyata orang di dalam venue sudah penuh jadi kami kebagian kursi ditempat yang paling samping, kami memang cari yang duduk karena saya rasa lebih nyaman nonton tulus sambil duduk,oh iya Lia juga harus kerja sebentar, iya kerja, iya di konser ! (silahkan tepuk tangan )

Saya lupa set-list lagu tulus, tapi yang jelas tulus mengawalai konsernya dengan Lagu Indonesia Raya. Tulus malam itu menyanyikan beberapa lagu (mungkin semua) dari ketiga albumnya, kalau album monokrom kemungkinan besar Tulus menyanyikan semua lagunya karena judul Konser Tunggal ini adalah “Konser Monokrom Tulus”, secara keseluruhan saya bisa menikmati semua lagunya dengan tiket presale berharga Rp. 200.000,- walaupun pemandangannya dari samping kiri panggung.

 Oh iya Tulus juga membawakan lagu labirin yang video klipnya baru realese, jadi spesial kalau gak salah saya dengar dia memanggil Petra Sihombing yang waktu itu ada dibangku penonton untuk ke panggung dan  bermain gitar untuk lagu labirin.

Tulus juga membawa Waljinah sang legenda keroncong yang bahkan saat di panggung harus menggunakan kursi roda saat ikut menyanyi, salah satu yang saya ingat adalah lagu Chrisye “Lilin Kecil”.

Ada yang khas dari penampilan Tulus malam itu setiap selesai menyanyi dia cukup lama bicara / menyapa penonton, mungkin itu bisa dipakai Tulus untuk mengumpulkan tenaga ditengah konser yang panjang apalagi saat dia ganti kostum saya rasa waktunya cukup panjang tapi untung diisi oleh duel pemain biola dan gitar tulus yang atraktif menghibur penonton, kostum tulus saya rasa juga okay, Tulus pakai semacam sarung gitu untuk kostum keduanya, saya gak ngerti juga kalau urusan fashion, yang jelas kalau Lia gak komen “geuleuh ih” berarti yaa okay aja hehehe

Koreografi paling epik adalah saat lagu penutup “Manusia Kuat” yang penarinya mungkin lebih dari 30 orang dan tata cahayanya sangat variatif di setiap lagu, jadi untuk saya yang nonton dari samping dan tidak bisa melihat background panggung tata cahaya menjadi menjadi sensasi tersendiri.



Suasana di Venue konser yang cukup lengang
 

 Untuk kenyamanan saya rasa konsernya cukup nyaman dan beberapa kali Tulus selintas berterima kasih karena tiketnya terjual habis dan penonton yang datang sekitar 3000an orang, saya melihat masih banyak ruang dan tidak terlalu padat di dalam venue, mungkin itu disengaja memang untuk memberikan kenyamanan pada penonton, bahkan sampai ada penonton yang tidur mungkin karena lelah atau dia hanya mengalami hari yang sial harus nganter Pacarnya nonton konser yang tidak Dia sukai . konser sekitar 2 jam lebih berlangsung lancar, saatnya pulang, saya antar Lia lagi malam itu disertai dengan rintik kecil hujan sepanjang jalan, tanpa tilang dan ban bocor, all good !

Bandung 8 Desember 04:42, Belum Tidur


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Playlist Lagu waktu Ibu Meninggal. #1

Menghadiri Selebrasi Milad 25 Tahun Turtle Jr.

MUNGKIN KITA YANG SALAH BACA RAMBU.