Playlist Lagu waktu Ibu Meninggal. #1
“When do you think people die? When they are shot through the heart by the bullet of a pistol? No.
When they are ravaged by an incurable disease? No.
When they drink a soup made from a poisonous mushroom!? No!
It’s when… they are forgotten.”
― Dr. Hiriluk
Sekitar pukul 9 Pagi, “Ping” suara dering penanda pesan singkat masuk di handphone, akhirnya kabar itu tiba, sudah pernah ku dengar dan saksikan adegannya berulang, puluhan atau malah ratusan kali, diperagakan di TV, disiarkan radio, dimuat tulisan-tulisan sampai kejadian nyata disekitar ku pernah langsung ku saksikan, sejak kecil, remaja sampai dewasa, kemudian membentuk kesadaran ku bahwa hal tersebut adalah hal yang lumrah dan pasti menimpa ku. ditinggal Ibu, Ya Ibu ku telah meninggal dunia, begitu inti dari pesan yang dikabarkan Adik pada ku. Seperti balita yang tidak mau ditinggal Ibunya kerja, aku menangis sejadi-jadinya di kantor tempat ku kerja, beberapa menit ku coba menenangkan diri, sebelum ku rasa pantas untuk bertemu rekan yang lain, agak tenang lalu pamit izin pulang.
Sekitar 3 Jam ku tempuh naik taksi online dari Depok ke Karawang, ku telpon adik ku memastikan Ibu jangan dimakamkan sebelum ku tiba di rumah, aku ingin ikut mengantarnya! Pinta ku, Sepanjang perjalanan handphone tak berhenti berdering, saudara & teman mengonfirmasi kabar tersebut, beberapa panggilan memecahkan tangis ku di mobil, aku juga minta maaf ke supir yang mengantar karena aku mewek terus, Pak supir menjawab dan terlihat memakluminya, sambil sesekali berusaha menghibur dan menawarkan makan & minuman, namun tak terlalu ku hiraukan, sembari terus memalingkan wajah ku ke jendela Mobil, Ini adalah perjalanan 3 jam paling menyiksa!
Sampai rumah syukur masih sempat ikut menyolati & memakamkan Ibu, selepas itu antara kalut & kekosongan mulai melanda pikirian, diantara jadwal 7 hari Ngaji tahlilan, takziyah tetangga, saudara dan teman, yang “hadirnya” sangat ku butuhkan, juga buat atasan di Kantor yang mengizinkan ku mengambil cuti, saat merawat saat Ibu sakit dan setelah Ibu meninggal.
Diantara 7 hari cuti kerja setelah Ibu wafat, kegiatan Ku kebanyakan hanya melamun di atas ranjang Ibu, karena selain keluarga besar ada juga tetangga yang sangat amat membantu, Yang entah tanpa lingkungan tetangga yang baik hati ini bagaimana kami yang sedang kalut ini bisa mengurus ini dan itu. Diantara lamunan dan tentu saja panjatan doa untuk Ibu, tak jarang ku tenggelam dalam lelap ditemani beberapa lagu yang mendukung perasaan saat itu:
Eric Clapton - Tears in Heaven
Sebuah lagu yang ditulis Ayah yang ditinggalkan Anaknya yang masih kecil, dengan deskriptif Ia menanyakan “akankah dia dikenali sang Anak bila kelak bertemu di Surga?.” Vocal tenang, iringan petikan gitar akustik, dengan lirik yang sesuai dengan keadaan saat itu adalah kombinasi sempurna untuk terus memutar ulang lagu ini.
Efek Rumah Kaca - Putih
Tanpa keadaan ditinggal Ibu wafatpun mendengar lagu ini pernah membuat meneteskan air mata, ya karena mungkin kita pernah ditinggal seseorang meninggal dunia, apalagi dengan keadaan saat itu, seperti memeras cucian yang akan dijemur, air mata beleberan, bagian “lalu pecah tangis bayi.” seperti sangat menusuk, mungkin karena kehadiran dua keponakan yang masih berusia setahun.
Lilis Suryani - Gang Kelinci
Yang membuat lagu keluhan tentang padatnya Jakarta dengan nada gembira ini relevan saat itu untuk didengarkan adalah dalam sependek ingatan ku, ibu sering menyanyikan lagu ini, dia memang gemar bernyanyi saat sedang beraktifitas, entah itu nyapu, cuci piring atau membuat adonan kue untuk lebaran, dengan suara yang terdengar tak karuan, Ia tak peduli dengan komentar miring anak-anaknya dan tetap bernyanyi, hal inilah yang ku rasa diwariskan kepada ku. “hanya satu yang aku herankan, badan ku bulat tak bisa tinggi, persis kaya anak kelinci” gemar betul Ia mendendangkannya.
James Blunt - Monsters
“Im not your son, your not my father, We`re just two grown man saying good bye” itulah pesan James kepada Ayahnya yang divonis mengidap Kanker stadium 4, dengan lugas james menyampaikan seolah benar-benar siap untuk berpisah dengan Ayahnya, Mungkin juga supaya Ayahnya bisa pergi dengan tenang dan tak perlu lagi mengkhawatirkannya.
Juliet Ivy - we're all eating each other
Pertama kali lagu ini viral saya kamu dengan sudut pandang bagaimana lirik lagu ini ditulis, Ia menghentikan romantisasi kematian juga imajinasi tentang validasi bahwa kita adalah makhluk spesial, karena kita hanya akan mati, membusuk dan kalau beruntung berujung jadi madu di cangkir campuran teh yang diminum cucu kita, radikal nihilis dan kerennya lagu kematian ini dibawakan dengan nuansa yang imut-imut! Betapa ironisnya harus mendengar lagu ini tak lama Ibu wafat dan akan melaksanakan tahlilan.
Itulah 5 lagu yang menemani saat-saat terkelam dalam hidup ku, ditinggal Ibu, namun demikian dalam usaha terus “menghidupi” dengan mengingat-ingatnya, nanti ku tulis lagi yaa Mah kalo kangen lagiii juga supaya cucu-cucu Mamah kenal sama Mamah dan terus doa mengalir untuk Mamah, seperti pada festival kematian Dia de los Muertos di film Coco, semoga Cintaku senang di sana kami Ingat-ingat dan terus kirimi doa. Alfatihah, Shalawat untuk Mamah.
Komentar
Posting Komentar