Setahun Kepergian Abang dan Martabak Manis
Setahun sepeninggal
Abang saya, 09 november 2017 adalah hari yang tepat untuk berdoa dan
mengingat-ingat apa saja memori yang tertinggal, saya menuliskannya supaya
tidak lupa, karena menurut salah satu tradisi Mexico yang saya pelajari dari
film Kartun “The Book Of Life” keluaran 20th Fox Century tahun 2014,
ketika kita yang masih hidup mengingat-ingat orang yang telah meninggal dunia
maka orang yang meninggal yang kita ingat akan menempati tempat yang baik di
alam selanjutnya yaitu dunia terang benderang banyak pesta dan bahkan bisa
kembali berkumpul bersama anggota keluarga tercinta tentunya yang sudah
meninggal juga, yaa semoga yaa Bang ingetan ku malam ini membawa mu ke Tempat
yang baik di alam sana, walau sebagai Agnostik-relijius dan moralis-nihilis semoga
doa ku malam ini sampai kesana yaa Bang. Yaasiin....
Lagu-lagu 90an
selalu membawa memori bersama Abang saya, karena kontrol TV, Radio dan ah
pokonya semua ada di tangan anak sulung! Apa lagi jika sepeti kami, kakak-adiknya adalah
laki-laki dan laki-laki maka hubungan sibling
kalian dipastikan akan dibumbui persaingan untuk menjadi Alpha dalam
teritori keluarga setelah Ayah tentunya, kalian gitu juga kan? Jadi semua referensi
lagu masa kecil saya tentu saja dipenuhi suara kaset milik Abang saya, saya
hanya bisa menikmati TV hanya saat Abang saya sedang tidak ada di Rumah. Band-bang seperti Boomerang, Slank, Dewa 19, Gigi, Java Jive pokonya kebanyakan kaset yang
dimiliki abang saya adalah berdasarkan panduannya menonton MTV (Music
Television) yang waktu itu masih di ANTV kalau tidak salah.
“Tuh Boomerang Feb, Nih kasetnya,
Gua Punya”
“Balikin, Ohh, ohh Balikin,”
sambil nunjuk ke kasetnya.
lagu pertama yang saya ingat tentang musik Rap pasti Boyz Got No Brain dari pesta Rap “nyamuk” judulnya lagunya LOL, ini juga kontribusi dia karena meracuni saya setiap hari dengan musik-musik playlistnya, jadi kalau liat Xaqhala sekarang yaa mirip-mirip dialah bandelnya, berikutnya baru saya tahu Iwa. K, Denada dan rapper lainnya. Ini juga tentu saja gara-gara Abang saya yang yang sangat berkuasa akan TV dan kebanyakan nonton MTV kalau di rumah, karena Ayah saya kerja di luar kota jadi paling pulang maksimal yaa hanya seminggu dua kali jadi Abang sayalah yang menjadi Alpha di Rumah. semua diatur olehnya.
Sekitar
minggu-minggu kemarin saya melihat poster di akun Instagram Eye Feel
Six bahwa tanggal 29 Oktober 2017 mereka akan tampil bersama DPMB Grup Hiphop
dari kota Jogjakarta yang saya suka sekali aksi panggungnya dan
ada Band Hip Hop 90an Sweet Martabak ! yang tentu saja membuat rasa kangen ke Abang saya muncul! “saya harus datang!” tekad saya dalam hati.
Hari itu pun datang, sebelum nonton acara Hiphop malamnya saya harus mengantar adik-adik Rumah
Bintang (Kekey, Daffi dan Dries) Tampil di Braga City Walk pada sore harinya, yang ikut mengantar ada juga Dany emmon, Dimas LBH dan tentu saja
Baya yang bertugas mengiringi adik-adik, eh Tristan juga ikut, ada Mang Niki
dan Yudha Nada Fiksi yang kami temui di Braga City Walk. Sesudah mengantar adik-adik, Mang Niki mau
langsung ke Lembang, Baya dan Yudha mau pergi langsung ke acara musik juga yang ada Jason Ranti didalamnya, Baya sih sempat mengajak saya tapi tentu saja saya lebih memilih
menonton DPMB dan Sweet Martabak yang entah kapan lagi datang ke Bandung, kalau
Jason Ranti kan lagi Hype~
Sisa Saya,
Dimas dan Dani yang bertugas mengantar Adik-adik pulang ke Nangka Suni, kami
sampai Rumah Umi di Nangka Suni waktu adzan maghrib sudah berkumandang dan
sudah ditunggu oleh gorengan hangat Umi yang baru dimasak dengan sambal enak
yang dibuat pas dengan selera saya tidak terlalu pedas dan tasty, pokonya
pas! Waktu kami ngobrol di rumah Umi tak lupa saya juga mengajak Dani dan Dimas
untuk ikut juga ke Halfway untuk datang ke acara Root Down yang adalah
peringatan hari jadi Brand Clothing Crossover BDG dimana Sweet Martabak akan tampil, yup mereka ikut.
“coba ajak eheng juga” seru saya ke Dimas
“Eheng lagi di
Taman Sari, hayu ceunah” kata Dimas.
Jadi kami ke Taman Sari RW 11 dulu disana sedang atau sudah atau mau ada konsolidasi warga yang jadi calon korban penggusuran yang katanya akan dibangun Rumah Deret (Rudet). Tentulah warga Taman Sari merasa dirugikan oleh Pemkot, buktinya mereka menolak sampai hari ini, entah kebetulan atau gimana ternyata bukan hanya warga Taman Sari RW 11 saja yang menjadi calon korban penggusuran di Kota Bandung yang berslogan Juara ini, ada juga warga Kebon Jeruk di Stasiun Barat yang sedang berebut tanah dengan PT. KAI juga Warga Dago Elos yang menghadapi Setan Tanah berwujud apartemen The Maj. Semua kawasan itu sudah ditempati penduduknya berpuluh tahun tentu saja mereka tak rela jika harus angkat kaki dari tanah airnya demi "estetika kota" apa lagi diganti dengan kerugian, memang semua tempat tadi adalah kawasan padat penduduk gang sempit, dilabeli kumuh oleh negaranya sendiri yang mayoritas warganya berstatus miskin, kemudian pertanyaannya yang datang adalah tidak bolehkah orang miskin tinggal di Kota? Atau Kota memang tanah hak khusus bagi orang kaya? Yang mengharuskan kekumuhan menyingkir dengan segala cara. yaa harusnya saya tidak usah lagi memertanyakan soal ini, terlalu basa-basi.
Jadi kami ke Taman Sari RW 11 dulu disana sedang atau sudah atau mau ada konsolidasi warga yang jadi calon korban penggusuran yang katanya akan dibangun Rumah Deret (Rudet). Tentulah warga Taman Sari merasa dirugikan oleh Pemkot, buktinya mereka menolak sampai hari ini, entah kebetulan atau gimana ternyata bukan hanya warga Taman Sari RW 11 saja yang menjadi calon korban penggusuran di Kota Bandung yang berslogan Juara ini, ada juga warga Kebon Jeruk di Stasiun Barat yang sedang berebut tanah dengan PT. KAI juga Warga Dago Elos yang menghadapi Setan Tanah berwujud apartemen The Maj. Semua kawasan itu sudah ditempati penduduknya berpuluh tahun tentu saja mereka tak rela jika harus angkat kaki dari tanah airnya demi "estetika kota" apa lagi diganti dengan kerugian, memang semua tempat tadi adalah kawasan padat penduduk gang sempit, dilabeli kumuh oleh negaranya sendiri yang mayoritas warganya berstatus miskin, kemudian pertanyaannya yang datang adalah tidak bolehkah orang miskin tinggal di Kota? Atau Kota memang tanah hak khusus bagi orang kaya? Yang mengharuskan kekumuhan menyingkir dengan segala cara. yaa harusnya saya tidak usah lagi memertanyakan soal ini, terlalu basa-basi.
Kami pun
menemui Eheng di masjid yang dijadikan pusat konsolidasi warga, Saya dan Dani
pamit makan dulu sebelum ke Halfway, tapi tak lama Dimas dan Eheng menyusul.
Beres makan kami berempat langsung berangkat ke Halfway. Di depan Halfway
ternyata kami bertemu dengan Mang Juni, Mang Regi, Om Buchek, Ewok, Ambon dan
teman-teman lainnya yang lagi ngobrol “santai” kami ikut masuk melingkar
dalam obrolan "santai", Eheng dan Dimas yang aktif kalau Saya dan Dani kebanyakan
diam. Sekitar jam 9an Saya, Dimas dan Dani memutuskan untuk masuk sedangkan
Eheng tampak masih ngobrol diluar, bersyukur saya masih keburu untuk melihat
penampilan dari Indra Domdom alias Gandhi, ada juga Krowbar dan Joe Million si
new school yang super ngebut itu.
Joe Million On Mic |
Setelah itu
baru ada Sweet Martabak “ohhh Gua benar-benar berharap bisa nonton sama lu
Bang”. Tididit, Cewe Matre adalah lagu yang sangat masuk ke ingatan masa kecil saya, mungkin
kamu juga wahai generasi MTV. Penampil selanjutnya! Beranggotakan
M2MX dan Donnero DPMB (Dua Petaka Membawa Bencana) adalah yang menghentak berikutnya
unit Hiphop asal Jogja ini benar-benar membuat Halfway menjadi tempat yang
makin sempit, tentu saja saya ingin tempat yang lebih dekat saat mereka tampil,
oh iya Dani sebelum Sweet Martabak tampil sudah pamit pulang karena sudah tidak
nyaman dengan asap rokok dan hawa gerah yang timbul karena pengunjung yang
datang maki padat.
DPMB
membawakan sekitar lima lagu, saat mereka tampil sambutan penonton semakin
memanas sampai-sampai banyak adegan Crowd
Surfing yang tentu saja jarang terjadi di acara Hiphop manapun, bahkan hal itu terjadi berkali-kali, mereka juga harus berhenti bebrapa kali karena kabel sound yang copot oleh petonon terinjak atau tertarik yang tentu saja tak disengaja yang mengakibatkan Mic mereka tak berfungsi, sebagian penonton lain pun kecewa, “Eminem aja kalahnya sama kabel” seloroh M2mx.
Nah terakhir
adalah penampilan sang tuan Rumah Eye Feel Six! Yeahh!!! gak usah ditanya kalau
ada acara Hiphop di Bandung dan menampilkan Eye Feel Six maka mayoritas yang
datang pasti sudah banyak yang hapal dengan lagu-lagu yang mereka bawakan, mau
bagaimana pun setlist-nya, crowd malam itu yang sangat padat memang agak meyulitkan para penampil, apalagi didua penampil akhir para penonton sangat antusias untuk ikut "karaokean" di Mic penampil sehingga
Dabozzo sering terlihat melepas mic ke
penonton dan membiarkan mereka (termasuk saya) bebas berkaraoke ria dengan
suara pas-pasan. Lit !
Selapas Eye Feel Six giliran Dj E yang ditinggal sendiri oleh Mc-nya yang memutarkan musik-musik Hiphop 80-90an. Puas sudah, saya pun pulang sendiri, pamit ke Eheng dan Mang
Regi yang masih ada di dalam dan Mang Juni yang ada diluar. Dimas seperti Biasa, kalau cabut gak pernah pamit, Akhirnya saya
pulang ke kost sendiri diatas motor saya melamunkan lagi tentang Abang Saya.
walau kebanyakan ingatan masalah berantem, Febi tetep masih suka doain Abang,
Semoga Abang disana baik-baik yaa.
Komentar
Posting Komentar